46 persen pembeli EV di AS ingin kembali ke ICE


Jakarta (ANTARA) – Kepemilikan electric vehicle (EV/mobil listrik) tidak melulu menarik bagi semua orang sebagian besar dari pemilik EV di Amerika Serikat mempertimbangkan untuk kembali ke mobil internal combustion engine (ICE/mesin pembakaran internal). 

Menurut sebuah survei baru oleh McKinsey & Co, diberitakan Carscopps, Jumat (14/6), sebanyak 46 persen pemilik EV di AS kemungkinan besar akan memilih kendaraan bertenaga pembakaran untuk pembelian berikutnya.

Lebih dari 30.000 peserta menjawab sekitar 200 pertanyaan tentang EV untuk studi dua tahunan McKinsey itu. Agar lebih akurat, survei itu dilakukan di 15 negara, yang mewakili lebih dari 80 persen volume penjualan global.

Hasilnya menunjukkan bahwa 29 persen pemilik EV di seluruh dunia kemungkinan akan kembali ke ICE untuk kendaraan mereka berikutnya.

Baca juga: Survei: 60 persen konsumen Asia Pasifik indikasikan pilih mobil hybrid

Faktor yang paling krusial dalam meninggalkan EV adalah kondisi infrastruktur pengisian daya publik, diikuti dengan tingginya biaya kepemilikan dan kebutuhan untuk menemukan mobil yang lebih cocok untuk perjalanan yang lebih jauh.

Persentase pemilik EV yang bersedia beralih kembali ke ICE di AS meningkat menjadi 46 persen, atau hampir satu dari dua pemilik EV saat ini,. Mereka mengaku terpengaruh oleh lambatnya peluncuran program Infrastruktur Kendaraan Listrik Nasional oleh Departemen Energi AS.

Hanya 9 persen dari total peserta dalam penelitian itu yang merasa senang dengan perluasan jaringan pengisian daya publik di wilayah mereka, yang menunjukkan bahwa hal ini merupakan masalah global.

Pemimpin Pusat Mobilitas Masa Depan McKinsey Philipp Kampshoff percaya bahwa keadaan akan menjadi lebih buruk, karena pembeli EV generasi berikutnya akan lebih bergantung pada pengisian daya publik daripada yang ada saat ini.

Survei yang sama menemukan bahwa 21 persen partisipan tidak ingin membeli mobil listrik, yang sekaligus mengonfirmasi temuan terbaru dari penelitian lain.

Detail menarik lainnya adalah ekspektasi jarak tempuh minimum di kalangan konsumen telah meningkat dari 270 mil (435 kilometer) pada 2022, menjadi 291,4 mil (469 kilometer) pada 2024.

Terlepas dari kekhawatiran tersebut, pembeli sedikit lebih rentan terhadap elektrifikasi dibandingkan dengan studi sebelumnya.

Lebih khusus lagi, 38 persen pemilik non-EV di seluruh dunia akan mempertimbangkan mobil plug-in hybrid (PHEV) atau EV untuk pembelian berikutnya, yang mewakili peningkatan 1 persen dari dua tahun lalu.

Mitra senior dan Co-leader Global McKinsey’s Automotive & Assembly Practice Kevin Laczkowski menilai hasil survei tersebut menunjukkan tingkat ketidakpastian tertinggi tentang EV, yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya.

Baca juga: Survei: Pemilik EV baru enggan kembali ke mobil berbahan bakar bensin

Baca juga: Studi: Indonesia negara yang condong dukung kehadiran mobil listrik

Baca juga: Turki kenakan pajak 40 persen untuk kendaraan asal China

 

Pewarta:
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *