Perusahaan multinasional genjot lonjakan pesat NEV di China


Shanghai (ANTARA) – Evolusi sektor kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV) yang pesat di China mendorong perusahaan-perusahaan multinasional untuk merestrukturisasi strategi mereka di China, memicu beberapa di antaranya untuk meningkatkan investasi lokal di bidang penelitian dan pengembangan (litbang), produksi, maupun rantai pasokan.

Raksasa bahan kimia asal Jerman BASF sebelumnya pada pekan ini mengumumkan investasi senilai 500 juta yuan (1 yuan = Rp2.300) atau sekitar 69,3 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.845) untuk perluasan pabrik Cellasto miliknya di Shanghai, yang memberikan solusi pengurangan kebisingan, getaran, dan kekasaran pada mobil.

Untuk memanfaatkan pasar NEV yang sedang berkembang pesat di China, fasilitas baru itu akan menghadirkan lini cetakan yang canggih dan dijadwalkan akan mulai beroperasi pada 2027 mendatang, dengan peningkatan kapasitas hampir 70 persen.

Sebagai pemasok bahan kimia terkemuka bagi industri otomotif, BASF berupaya mempercepat pertumbuhan bisnis di sektor otomotif China, ujar Jeffrey Lou, presiden sekaligus chairman BASF China Raya (Greater China).

“BASF telah menggelontorkan investasi yang substansial di China sejak memasuki pasar China 140 tahun yang lalu. Ekspansi ini merupakan bukti kuat lainnya dari komitmen BASF untuk tetap terhubung dengan pasar lokal dan pelanggan kami,” tutur Lou.

Untuk memperdalam hubungan dengan ekosistem NEV China, beberapa perusahaan otomotif asing sedang beralih dari kemitraan manufaktur tradisional ke litbang lokal.

Pada Maret, produsen mobil Jerman BMW menjalin kemitraan dengan raksasa teknologi China Huawei untuk mengembangkan ekosistem digital dalam mobil (in-car) khusus China, yang akan memulai debutnya melalui model listrik generasi mendatang yang diproduksi secara lokal oleh BMW pada 2026.

Sebelumnya, raksasa otomotif Jepang Toyota mengumumkan pendirian perusahaan baru di Shanghai untuk bidang litbang dan produksi kendaraan Lexus yang sepenuhnya bertenaga listrik (all-electric) beserta baterainya. Menurut rencana, pabrik baru di Shanghai itu akan memulai produksi pada 2027.

Pabrik baru itu menandai investasi signifikan dalam peningkatan kemampuan litbang dan produksi Toyota yang dirancang khusus untuk sektor kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di China, pengekspor otomotif terbesar di dunia.

Pada Januari tahun ini, produsen NEV China XPENG dan raksasa otomotif Jerman Volkswagen mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) terkait kolaborasi strategis di bidang jaringan pengisian daya supercepat di China.

Inisiatif-inisiatif pelokalan tersebut terjadi berkat lingkungan suportif China untuk pasar NEV melalui berbagai langkah, seperti subsidi pembelian kendaraan, investasi infrastruktur pengisian daya, dan pengembangan kendaraan terhubung cerdas.

Para pelaku industri meyakini bahwa keterbukaan konsumen China terhadap teknologi baru dan permintaan konektivitas pintar membuka peluang bisnis anyar bagi perusahaan-perusahaan multinasional.

Data resmi menunjukkan bahwa produksi dan penjualan NEV China menembus angka tiga juta unit pada kuartal pertama 2025, dengan masing-masing membukukan lonjakan sekitar 50 persen secara tahunan (year on year). Langkah-langkah negara itu untuk merangsang konsumsi, termasuk program tukar tambah (trade-in) berskala besar, diharapkan dapat memberikan dorongan yang kuat bagi produksi dan penjualan NEV.

“Pasar NEV China memiliki potensi yang sangat besar, dengan lingkungan bisnis yang terus meningkat serta rantai industri dan pasokan yang berkembang baik dan efisien,” urai Gao Yuning, wakil dekan Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik di Universitas Tsinghua.

Faktor-faktor tersebut menjadi alasan utama bagi para produsen otomotif asing untuk meningkatkan investasi dan memperdalam kehadiran mereka di China. 

Pewarta:
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *